Tiba saatnya di penghujung kuliah hari ini, 21 September 2015. Ditutup dengan quiz yang tidaklah berat, tapi dituntut untuk mengalahkan waktu. Sedikit soal yang membingungkan tapi tetap bisa untuk dikerjakan walaupun waktu yang disediakan tidaklah cukup. Bersama sama dengan teman mengerjakan semua itu, yang tadinya berat menjadi lebih mudah saat ini. Suara gemricik air hujan turun untuk pertama kalinya di daerah Dayeuh Kolot mengiringi keributan di dalam kontrakan ini. Rasanya ingin sekali pulang, ah mungkin aku mulai lelah dan tidak cukup bertenaga untuk melanjutkan cerita bahagia. Tidaklah mudah untuk konsisten, apalagi di situasi saat ini yang sering membuat tertekan. Bukan berarti lebay, tapi memang seperti inilah bagian dari hidup yang sesungguhnya. Tidak ada cara untuk menutupi siapa dirimu, karna ini bukanlah sebuah pertunjukan. Oh ternyata aku lupa mematikan lagu dari Payung Teduh - Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan,lirik yang sederhana tanpa menjadi diri orang lain. Itulah kesederhanaan apa adanya, tidak menjadi siapa-siapa dalam mengekspresikan diri. Kejujuran dalam seni, itulah seni yang sebenarnya. Terlintas kerinduan dalam hati untuk wanita yang pernah singgah, mungkin waktu yang salah pernah menyatukan kita. Ataupun cara kita yang salah dalam menyikapi setiap permasalahan yang selalu datang. Yah, apalah aku disini. Jauh dengannya seperti apa yang selalu ditakutkan orang-orang lain di luar sana. Seolah seperti tidak ada kata yang bisa untuk menutup akhir dari sebuah kalimat. Senja di sore ini benar benar membuatku rindu.
top of page
bottom of page