Beku
Senin pagi 7 September 2015, tidak seperti pagi biasanya. Perasaan yang campur aduk akibat mimpi semalam yang mengingatkan kembali pada masa lalu. Bahkan untuk memikirkannya pun tidak sama sekali, apalagi mengingatnya. Itulah sebenarnya titik dimana sebagai manusia biasa yang tidak pernah bisa membohongi nurani, sekuat apapun mencuci otak dengan doktrin yang bertujuan untuk melupakan masalalu apabila nurani sudah diambang batas maka dialah pemenangnya. Sangat mengganggu ketika disaat pagi hari yang merupakan saatnya untuk menata kembali semangat yang harusnya lebih dari hari kemarin harus bertabrakan dengan perasaan kalut. Mungkin hanya ibu yang bisa meluluhkannya, suara telpon pada jam 7 malam sepertinya sedikit membuat perasaan kalut itu hilang, suara lembut ibu yang sangat khas seperti biasa menyapaku. Yah, memang ibu lah yang selama ini bisa menjadi teman dekat terbaikku, terkadang bapak dengan watak yang keras bisa menjadi sosok motivator keras seperti hitler tapi tetap dingin dalam bersikap. Perasaan dingin yang sama kurasakan saat ini, ketika harus mengingat kenyataan bahwa telah kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa kuganti dengan perasaan yang lain. Bukan karena susah untuk menggantikanya, tapi mencoba untuk menyimpannya dalam dalam.